Hits: 54

Ini adalah pertanyaan yang ditujukan pada diri sendiri! Sejenak mencoba merenungkan dan memeriksa hidup penyembahan kita kepada Tuhan. Apakah pujian yang kita naikkan hanya karena kewajiban, pemuas dahaga jiwa atau kesadaran bahwa Dia yang bertahta layak terima pujian.

Siapakah yang kupuji? Suatu gambaran yang dilihat oleh Yohanes, bagaimana suasana penyembahan yang ada di Sorga, penuh dengan kemuliaan Allah dan rasa hormat yang tinggi para penyembah dalam menaklukkan diri. Yohanes mendapatkan anugerah penglihatan ini, supaya menuliskannya bagi gereja pada zaman itu, yang sedang mengalami aniaya besar dan juga teguran-teguran di dalam ibadah (psl. 2-3) dan tentu juga bagi gereja disetiap zaman, termasuk kita sekarang. Supaya kita mendapat gambaran dan beroleh hikmat kasih karunia.

“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji- pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan (ay.11)”. Siapakah yang layak terima pujian dari diri kita? Dia adalah Tuhan Yang Maha Tinggi, Allah pencipta segala sesuatu. Tuhan yang duduk ditahta dalam kemuliaan dan keagungan, digambarkan Yohanes nampak seperti permata, dilingkupi pelangi yang gilang-gemilang, juga keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu. Sebuah gambaran sesungguhnya, Dia Allah yang tak terhampiri. Siapa manusia yang sanggup datang dihadapan-Nya? Dengan kekuatan yang bagaimana? Seorangpun tidak! Tetapi karena anugerah dan kemurahanNya, kita boleh datang membawa pujian kita.

Bagaimana kita menjaga rasa hormat pujian kita? “Dan keempat makhluk itu…tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” Dan setiap makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur…, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua, mereka menyembah dan melemparkan mahkotanya dihadapan tahta itu” (ay. 8-10). Yohanes menggambarkan bahwa pujian yang layak bagi Allah, adalah pujian yang dilakukan dengan setia.

Ketujuh jemaat yang ada di Asia Kecil mendapat teguran dan seruan; Jemaat Efesus meninggalkan kasih yang semula, Jemaat Laodikia suam-suam kuku, Jemaat Sardis undur dan menjadi lemah, sedangkan jemaat Smirna, Pergamus,Tiatira, Filadelfia, diserukan untuk tetap setia dan terus bertekun. Ibadah dan pujian yang dipersembahkan bagi Allah, bukan soal senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Ibadah dan pujian bukan tentang kita, ibadah dan pujian adalah tentang Allah. Ini yang harus kita jaga dan menjadi motivasi kita. Semua makhluk ciptaan harus menaikkan pujian bagi Allah penciptanya, terlebih kita manusia, umat tebusanNya.

Semua jerih lelah yang kita lakukan, akan kita tinggalkan. Tetapi pujian bagi Allah, kekal sampai di Sorga. “Hormat pujian bagi Dia yang duduk di tahta”…lakukanlah dengan setia.