Hits: 8

Tema kita untuk Hari Ibu hari ini adalah “Tangguh Melewati Pandemi.” Sulit dibayangkan bagaimana keluarga akan bertahan tanpa seorang ibu selama pandemi ini. Pandemi telah menunjukkan bahwa ibu adalah pahlawan yang multi talenta. Puji syukur kepada Tuhan, ada banyak kisah ibu yang tangguh di dalam Alkitab. Dan para ibu yang tangguh ini adalah panutan kita. 

Dalam sejarah Israel, ada suatu masa mereka berulangkali memberontak melawan Allah, sehingga Allah murka, maka tulah tiba-tiba datang dan banyak orang mati. Lalu Harun mengambil perbaraan, seperti yang dikatakan Musa, dan berlarilah ia ke tengah-tengah jemaah itu, dan diadakannyalah pendamaian bagi bangsa itu. maka berhentilah tulah itu. Perbaraan melambangkan doa seorang imam besar, maka di tempat Harun berdiri berhentilah tulah itu. Kita mengagumi aksi dua pemimpin rohani ini, Musa dan Harun. Karena doa mereka, tulah itu berhenti. Ini tidak terlepas dari didikan dan asuhan ibunya sejak kecil. Tentu saja adalah kekuatan supernatural Allah yang menghentikan tulah itu, tetapi pada saat yang sama sesungguhnya Tuhan sudah terlebih dahulu memakai tangan seorang ibu untuk memelihara pemimpin rohani ini. Jadi ketika Tuhan memakai tangan seorang ibu untuk menjaga Musa, Tuhan juga memelihara akan rencana-Nya yang tidak berubah.

Bagian firman Tuhan di atas adalah tentang kelahiran Musa dan masalah yang dihadapinya. Musa memiliki dua ibu, nama ibu kandungnya adalah Yokhebed, yang berarti bahwa Allah adalah mulia, dan kemuliaan Allah dinyatakan dalam dirinya. Kemuliaan Allah juga membuatnya bertahan sampai akhir, dengan ketangguhan dan keberanian untuk menghadapi segalanya. Karakternya dapat dilihat dari kisahnya di Alkitab, dia memiliki kasih yang penuh gairah untuk anaknya Musa, dan iman yang teguh kepada Tuhan. Karena itu, kitab Ibrani memasukkan dia sebagai salah satu tokoh beriman. Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja (Ibr. 11:23). Dia mengambil resiko diambilnya sebuah peti pandan, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil. Alhasil, karena imannya, dia mendapatkan kembali anaknya sendiri. Ini adalah kesempatan kedua baginya, karena ketika putri Firaun mengambil Musa, dia menjadi inang penyusu Musa lagi. Jadi Musa dibesarkan di bawah asuhan dan didikan Yokhebed, sehingga dia bisa percaya pada satu-satunya Allah, dia memiliki perasaan yang mendalam terhadap orang Ibrani, dan bahkan mendamaikan orang Ibrani yang saling bertengkar. Kerendahan hati dan kelembutan Musa tidak terlepas dari didikan dan teladan ibunya.

Ibu kedua Musa adalah putri Firaun. Alkitab tidak banyak mencatat tentang dia, tetapi dia memiliki hati yang berbelas kasihan. Ketika dia datang ke sungai Nil untuk mandi, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” Dia segera meresponi kebutuhan anak itu. Ketika kakak perempuan anak itu berkata kepada putri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?” Ia langsung setuju. Putri Firuan tahu bahwa jika dia tidak mengambil anak itu, anak itu akan dibunuh. Dia melakukan tindakan yang sangat heroik dengan mengambil Musa sebagai anaknya. Keputusan dan tindakannya berdampak besar. Langkah pertamanya adalah langkah awal dalam perjalanan menuju keselamatan. Dia mengambil Musa sebagai anaknya, dan tindakan serta hak menamai Musa menunjukkan bahwa dia memiliki hak untuk mengasuh. Dia menjadi ibu angkat anak itu, dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri, dia menyelamatkan Musa dan pada saat yang sama menyelamatkan bangsa Ibrani.

Tuhan kita memiliki selera humor yang tinggi, dan Dia dapat mengatur berbagai hal dan situasi untuk membuktikan bahwa Dia mengasihi dan melindungi anak-anak lebih dari ibunya. Apa yang terjadi pada Musa adalah sebuah bukti. Tuhan lebih hebat, lebih bijaksana dan lebih luar biasa daripada ibu, karena itu, ibu-ibu, kita harus bangga, karena Tuhan mempercayakan kita menjadi seorang ibu, yang adalah suatu status yang sangat terhormat. Paling tidak ada dua alasan: 1.Ibu mengulurkan cinta dan tangan Tuhan. Pengasuhan dan perawatan/pemeliharaan seorang ibu bagi anak-anaknya adalah praktik pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Setiap anak adalah ciptaan Tuhan yang unik, karena Tuhan memiliki kehendak-Nya di dalam diri mereka, tetapi kehendak Tuhan itu harus dipenuhi oleh usaha sang ibu. Jadi seorang ibu sebenarnya melakukan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan. Anak adalah prestasi seorang ibu dari hasil kerja dan tanggung jawabnya, maka hargailah tanggung jawab ini. 2. Allah adalah hikmat dan pertolongan ibu. Tetapi wanita yang takut akan Tuhan akan dipuji. Karena Allah adalah hikmat dan pertolongannya. Tuhan adalah kekuatan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu dan menghadapi kehidupan setiap hari. Ibu yang bijaksana adalah ibu yang mengandalkan Tuhan dan takut akan Tuhan. Wanita diciptakan untuk menjadi penolong, ternyata kita para ibu bisa menolong karena Allah adalah penolong kita.