Hits: 2590

Tema renungan hari ini adalah “Telinga Seorang Murid”. Bagaimana seharusnya telinga seorang murid? Apa yang diharapkan seorang guru terhadap muridnya? Saya yakin kita semua bisa menjawab dengan baik. Telinga seorang murid harus dengan teliti mendengar dan memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan atau diajarkan oleh gurunya. Murid yang mau mendengar, memperhatikan serta melakukan ajaran gurunya pasti akan menjadi murid yang dikasihi gurunya dan murid yang berhasil.

Kita akan belajar tentang “Telinga Seorang Murid” dari kitab Yesaya. Bagaimana telinga seorang murid yang dilukiskan dari kitab Yesaya ini? Sebelum masuk ke dalam inti pembahasan kita, alangkah baiknya kita memahami dahulu penjelasan singkat dari kitab Yesaya khususnya pasal yang ke-50 ini. Siapa yang dimaksud dengan sebutan hamba TUHAN (murid)? Yesaya memang tidak menuliskan secara jelas siapa yang dimaksud dengan murid atau hamba dalam bagian ini. Tetapi pada kenyataannya kata “hamba” sangat sering ditemukan dalam kitab Yesaya. Hamba Tuhan digambarkan dalam tiga cara (sebutan yang berbeda): Pertama, Semua keturunan Abraham. Kedua, hanya keturunan Abraham yang setia. Ketiga, seseorang yang tak bernama yang dalam Perjanjian Baru disebut Yesus (Mesias). Memang kitab Yesaya berisi nubuatan tentang kedatangan Mesias, bahkan tentang penderitaan dan kesengsaraan Yesus. Oleh sebab itu, walaupun Yesaya tidak menyebutkan secara jelas siapakah hamba yang dimaksud tetapi yang terpenting adalah bahwa hamba ini adalah seorang murid yang memiliki telinga yang baik dan luar biasa. Bisa juga Yesaya berbicara tentang dirinya sebagai nabi, hamba atau sebagai murid. Karena dalam pasal ini ada sebutan: “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yes. 50:4)

Telinga seorang murid inilah yang akan kita teladani dalam hidup kita. Mengapa telinga seorang murid harus mendengar dengan baik-baik? Mengapa Tuhan ALLAH setiap pagi mempertajam telinga sang murid untuk mendengar?

Pertama, Supaya dengan perkataan dapat membangun orang lain. Mengapa Tuhan senantiasa mempertajam pendengaran hamba-Nya? Supaya lidahnya berfungsi dengan baik dan tidak sembarangan berbicara. Berbicara harus tepat sasaran. Kata-kata kita harus bisa menjadi berkat dan membangun orang: “dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu”. Sebelum berbicara, murid harus mendergar baik-baik supaya tidak melukai orang lain. Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata… (Yak. 1:19).

Kedua, supaya beroleh hikmat bijaksana atau pengertian dari Tuhan. Yesaya 50:5 berbunyi demikian: “Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang”. Kapan kita berontak kepada Tuhan? Kapan kita berontak kepada sesama manusia? Yaitu bila kita diperlakukan dengan tidak adil, diremehkan dan mengalami tekanan hidup. Di saat-saat seperti inilah kita perlu hikmat bijaksana dan pengertian untuk bertindak, sehingga kita tidak menjadi pemberontak.

Pada akhirnya bila kita memiliki telinga seorang murid yang mau mendengar, maka kita akan memiliki kehidupan yang menyenangkan dan memiliki kualitas hidup yang baik. Kita akan memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup ini (V.6). Terlebih bila kita menghormati TUHAN dan mendengarkan perkataan-Nya, walaupun jalan yang kita tempuh mungkin gelap dan tak ada cahaya yang bersinar, akan tetapi TUHAN akan menopang dan menjaga kita (V.10). Biarlah kita sungguh-sungguh menjadi murid yang mau mendengar dengan baik. Tuhan memberkati. Amin.