Hits: 2361

Ketika Yesus berbicara tentang hal kedatangan-Nya, dua kali berturut-turut Ia mengucapkan perkataan ini, “berjaga-jagalah”. Sesungguhnya jika kita membaca Injil lainnya dengan lebih teliti, kita akan melihat Yesus berkali-kali mengingatkan murid-murid-Nya untuk “berjaga-jaga.” Terlebih ketika Ia mengatakan hal-hal yang berkaitan dengan kedatangan-Nya kembali. Khususnya ketika Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke Getsemani untuk berdoa, tiga kali berturut-turut Ia meminta murid-murid-Nya untuk, “berjaga-jaga.” (Matius 26: 38, 40, 41). Mengapa Yesus begitu serius memberikan pernyataan ini kepada murid-murid-Nya?

  1. Karena kedatangan Kristus kembali adalah hari kiamat bagi Setan, maka ia akanmelakukanpertarungan terakhir menjelang kematiannya, dengan berbagai carauntuk menyesatkan dan mengintiminasiorang(Matius 24: 4-51), secara khusus diayat 23-24Yesusmenekankan: “Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”
  2. Karena itu di Getsemani Yesus terus mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk “berjaga-jaga… berjaga-jaga,…berjaga-jaga! Karena Yesus sedang menghadapi satu perperangan besar dengan dunia roh yang akan menentukan nasib seluruh umat manusia dari dahulu sampai sekarang. Karena itu selain Dia sendiri harus berjaga-jaga dan berdoa sampai peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah, ada malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya (Luk. 22:43-44).

Bagaimana berjaga-jaga:

  1. “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1Ptr. 4:7). Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya ( 1Ptr. 5:8). “Kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya dapat berdoa” Ini adalah tindakan yang paling mendasar dan juga paling penting. Karena lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya ( 1Ptr. 5:8). Yesus sendiri sudah menjadi teladan bagi kita. Dia tahu misi penting kedatangan-Nya ke dunia, dan untuk dapat menyelesaikannya Ia harus berjaga-jaga dan berdoa. Alkitab mencatat banyak doa-Nya; sebelum Dia mulai melayani, Ia pergi ke padang gurun berpuasa dan berdoa empat puluh hari dan empat puluh malam. Ketika mulai melayani: Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Mrk. 1:35); Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah( Luk. 6:12); Bahkan pada saat terakhir di atas kayu salib, Ia tetap tidak henti-hentinya berdoa, karena itu Ia berkata: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat. 26:41). Para rasul telah mengalami pentingnya berjaga-jaga dan berdoa, karena itu di dalam surat-surat mereka, juga terus menasihati dan mengingatkan agar orang-orang percaya mau berjaga-jaga, berjaga-jaga, terus berjaga-jaga dan berdoa!
  2. Suplai makanan rohani: Dalam berjaga-jaga selain harus berdoa, juga harus ada Firman Tuhan yang memberikan kita kekuatan dan dukungan, yaitu lewat kebaktian dan meditasi kita akan memperoleh suplainya. Ketika Yesus berjaga-jaga di padang gurun, Ia memakai Firman Tuhan juga untuk mengalahkan Iblis. “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat. 4:4)
  3. Bersehati dalam berjaga-jaga : “ … Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” ( Mat. 26:38) “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (Mat. 26:40). Yesus berulangkali memanggil murid-murid-Nya agar berjaga-jaga dengan Dia, bagaimana pula dengan kita. Secara khusus kita adalah anggota tubuh Kristus satu sama lain, bagaimana kita bisa hidup sendiri. Paulus menasihati kita: “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4); “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pkh. 4:12).