Hits: 153
Sadar atau tidak sadar seringkali di dalam kehidupan kita tidak terlepas dari menghakimi karena memang menurut seorang filsuf mengatakan natur kita pada dasarnya adalah memegang pengetahuan kita secara judgemental. Tidak mungkin kita melihat orang lain tanpa menilai siapakah dia, kira-kira seperti apa orangnya dan lain sebagainya. Yang lebih buruk lagi adalah kita langsung mengira-ngira orang ini seperti apa, baiknya di mana dan buruknya di mana, atau malah kita lebih banyak mencari buruknya. Namun, dalam bagian firman Tuhan pada hari ini kita diajak untuk bisa merenungkan lebih dalam lagi bagaimana kita hidup sebagai orang Kristen untuk tidak menghakimi tetapi sungguh-sungguh kembali kepada apa yang kita ingin orang lain lakukan buat kita, maka lakukanlah itu.
Janganlah kita menghakimi orang lain karena kita pun juga bisa dihakimi orang lain. Bagaimanakah hal ini bisa berakhir kalau memang bukan kita yang memulainya terlebih dahulu. Kita juga tidak seharusnya menghakimi orang lain karena kita sendiri terkadang kala ada balok di mata kita sehingga sebenarnya kita pandangannya lebih sempit dibandingkan dengan orang lain. Tuhan mengajarkan kepada kita juga supaya kita tidak perlu untuk menghakimi orang lain karena orang lain belum tentu bisa menerima dan menghargainya. Sebagai manusia yang terbatas, kita pun juga tidak layak untuk menghakimi orang lain karena Tuhan sendirilah yang akan mengajarkannya kepada orang lain sehingga mereka pun bisa hidup seturut dengan apa yang Tuhan inginkan. Dalam Golden Rule kekristenan kita pun diajarkan supaya kita tidak boleh untuk menghakimi orang lain karena kita pun sebenarnya mau supaya orang lain juga berbuat baik kepada kita. Ini didahului dengan bagaimana kita menunjukkan apa yang harus kita lakukan sebagai anak Tuhan kepada orang lain.
Dalam hal menghakimi, biasanya ada hubungan timbal balik yang akan ditimbulkan oleh sikap tersebut, maka dari itu Yesus mengajarkan kepada kita tentang hal ini supaya kita mau bersikap yang baik terlebih dahulu sehingga orang lain juga bisa untuk bersikap demikian kepada kita. Hal ini seturut dengan apa yang menjadi prinsip kita di dalam mengasihi yaitu kita sudah seharusnya untuk bisa aktif mengasihi terlebih dahulu dengan kasih Allah sehingga orang lain bisa merasakan apa yang menjadi inti kasih kita. Bukan karena kita mampu untuk mengasihi, tetapi semuanya itu karena kasih Tuhan yang terlebih dahulu ada bagi kita dan kita mampu untuk bisa mengasihi orang lain. Maka, kembalilah terlebih dahulu kepada Tuhan sehingga pada saat kita berhadapan orang lain bukan menghakimi terlebih dahulu tetapi apa yang sebenarnya dapat kita lakukan baginya. Dengan demikian sikap menghakimi itu akan luntur dari kehidupan kita dan kita bisa semakin menjadi anak Tuhan yang bisa untuk saling mengasihi. Tuhan, hakim yang adil, akan memberikan hikmat di dalam penilaian.