Hits: 23

Dalam suasana HUT GKWI Ke-39 ini, kita akan merenungkan tema “Yang Harus Dilakukan oleh Semua Orang”. Kita akan berfokus pada 5:1-7 yang merupakan nasihat Petrus mengenai hubungan di antara orang-orang dalam jemaat (internal). Gereja yang sehat dan bertumbuh sangat tergantung pada hubungan (orang-orang dalam internal gereja) yakni para penatua dan semua jemaat harus baik.

 Nasehat Petrus kepada para penatua (para pemimpin). Sikap para penatua itu dijelaskan dengan cukup rinci dalam ayat 2-3menggembalakan kawanan domba Allah tidak dengan paksa, tapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan tidak mencari keuntungan, tapi dengan pengabdian diri. Janganlah berbuat seolah-olah mau memerintah (menguasai) atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.

Nasehat Petrus kepada orang-orang muda. Ayat 5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Siapakah yang dimaksud orang-orang muda di sini? Mengapa tiba-tiba muncul? Apa hubungan orang-orang muda dengan para penatua? Dua pemahaman tentang “orang-orang muda” dan “penatua”. Arti pertama orang-orang muda adalah dalam makna sebagai jemaat yang dilayani oleh para penatua. Arti kedua orang-orang muda adalah dalam makna sebagai orang yang lebih muda dibandingkan para penatua (dalam arti orang-orang yang lebih tua).

“Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain”. Di atas hubungan pimpinan dan yang dipimpin, yang harus dilakukan oleh semua orang adalah: RENDAHKAN DIRI SEORANG TERHADAP YANG LAIN. Jemaat harus merendahkan diri di hadapan pemimpin sementara pemimpin juga harus merendahkan kepada jemaat yang dipimpinnya. Orang yang muda merendahkan diri kepada orang yang lebih tua dan sebaliknya orang yang lebih tua juga harus merendahkan diri kepada orang yang lebih muda. Petrus menekankan PERLUnya kedua pihak untuk memiliki sikap rendah hati terhadap satu sama lain.

Memang nasihat ini diberikan dalam konteks penggembalaan, dan yang lebih mendasar adalah perintah SALING MERENDAHKAN DIRI, yang berada dalam konteks umum yaitu hubungan antara orang tua (orang yang lebih tua) dengan orang muda (orang yang lebih muda). Jadi orang muda (yang dipimpin) harus merendahkan diri di hadapan orang tua (yang memimpin) tetapi pemimpin (orang tua, penatua) pun harus merendahkan diri terhadap orang yang dipimpin (orang muda)

Bagaimana mengaplikasi dari sikap saling merendahkan diri? Mau mendengarkan orang lain (belajar dari orang lain) karena menyadari bahwa dirinya belum mencapai kesempurnaan (pikiran, perbuatan) sehingga harus terus belajar dan pembelajaran dapat didapatkan dari manapun juga, termasuk dari orang yang lebih muda. Sebagai orang yang tua, belajar dari hikmat dan pikiran orang muda dan sebagai orang tua, belajar dari anak kita. Memang akan ada generasi gap di mana orang muda dapat memandang orang tua ketinggalan dan pemikirannya tidak relevan dengan kehidupan dan pergumulan orang tua. Namun, orang tua dapat belajar (dengan memiliki sikap rendah hati) dan bahkan sesungguhnya orang tua memiliki hikmat dalam melihat berbagai situasi, sesuatu yang mungkin tidak dimiliki oleh orang muda yang belum cukup banyak pengalaman hidup.

Dalam pelayanan tentu terjadi hubungan kerja sama yang harmonis karena setiap pihak mau terbuka untuk mendengarkan pandangan orang lain dan saling belajar. Dalam konteks gereja, pelayanan haruslah dilandasi oleh sikap rendah hati dari semua lapisan dan komponen sebuah jemaat. Haruslah semua pihak saling mendengarkan dan untuk saling mendengarkan, perlu saling berinteraksi dan saling melibatkan.

Sikap rendah hati adalah sikap yang sangat penting yang harus dimiliki orang Kristen. Alkitab menegaskan dengan jelas: Allah membenci orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Sikap rendah hati harus dimiliki orang setiap jemaat gereja, orang yang tua dan yang muda, pria dan wanita, tanpa memandang faktor tingkat pendidikan, materi, dll. Dengan saling merendahkan diri akan tercipta kerja sama dalam melayani dan membangun gereja.