Hits: 639

Zaman Hakim-hakim adalah sekitar tahun 1340-1050 SM, yang dalam sejarah Israel adalah masa yang paling kacau. Alkitab dengan satu kalimat menyimpulkan kitab Hakim-hakim “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak. 21:25). Ketika keadaan lancar, mereka meninggalkan Tuhan dan kembali menyembah para dewa suku-suku bangsa di sekitarnya, tapi ketika mereka karena ketidaktaatan sehingga mendatangkan murka dan hukuman Allah, yaitu mengalami penindasan bangsa-bangsa di sekitarnya, mereka kembali berseru kepada Allah. Allah karena mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham maka berbelas-kasihan kepada mereka dan membangkitkan Hakim-hakim untuk menyelamatkan mereka.

Gideon juga dalam kondisi seperti ini dipanggil Allah, Allah mau ia bangkit untuk menyelamatkan bangsa Israel. Namun Gideon sendiri juga hidup di dalam ketakutan dan kecemasan, bahkan mengirik gandum pun ia tidak berani di tempat terbuka dan bersembunyi di tempat pemerasan anggur, karena itu bagaimana ia berani percaya dan menerima panggilan ini. Tetapi setelah Allah meneguhkannya, maka secara khusus ia mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: Yehova Shalom, yang berarti TUHAN itu keselamatan (sumber sejahtera), inilah sebutan dia kepada TUHAN. Hari-hari yang damai akhirnya tiba, walaupun ia belum menikmati kedamaian dan keselamatan yang diberikan Tuhan. Dan keadaan masih belum berubah, tapi ia telah menikmati damai sejahtera sejati. Inilah damai sejahtera yang dimaksud di sini, bukan seperti damai sejahtera yang kita bicarakan pada umumnya, yang hanya mengaju kepada tidak ada penyakit, tidak ada bencana dan tanpa kesulitan, semuanya sesuai harapan kita, semuanya lancar, aman sentosa….., tentu saja semua ini damai sejahtera juga, tapi damai sejahtera seperti ini hanya luar saja dan sementara dan akan menghilang dengan mudah dipengaruhi oleh hal-hal dari luar, tidak dapat menikmati damai sejahtera sejati itu. Tapi mengapa Gideon bisa memberikan pernyataan seperti ini?

  1. Percaya akan belas kasihan dan penyertaan Allah: ia menyadari pengalaman pemulihannya dengan Tuhan, karena Allah telah menerima korban persembahannya (Hak. 6:19-21).
  2. Mengenal dan menyadari bahwa dirinya tidak dapat diandalkan: (Hak. 6:12-15) Gideon mengakui ketidakberdayaan diri sendiri, dari keluarga yang miskin dan hina, karena itu dikatanya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan?” Ini adalah awal dari orang yang diberkati.
  3. Percaya bahwa kasih karunia Tuhan dapat diandalkan: Tuhan berjanji akan menyertai dia, “engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” (Hak. 6:16-24). Gideon yakin bahwa kekuatan ini dari Tuhan, yang dibutuhkan hanyalah yakin betul bukti identitas malaikat Allah, dan bukti bahwa Allah memakai dirinya. Pemimpin yang dipakai oleh Allah, harus mengandalkan kasih karunia Allah, yang adalah sumber kekuatan.
  4. Yehova Shalom: dengan pengalaman di atas barulah orang dapat mengalami damai sejahtera sejati. Yehova Shalom berarti Tuhan sumber sejahtera. Banyak orang mencari kedamaian jiwa dan ketenangan hati, tapi mereka tidak menemukannya. Keselamatan hanya diperoleh melalui pengenalan akan Kristus, barulah orang memiliki damai sejahtera sejati.
  5. Hal ini tidak hanya kata-kata dimulut saja, yang hanya anestesia untuk menghibur diri dan tidak ada hubungannya dengan keselamatan Kristus, tetapi ini adalah himbauan khusus dan pernyataan iman.