Hits: 326

Jika kita membaca dari ayat 15 ke bawah, jelaslah kita dapat melihat bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang dicatat dalam bagian ini, bukan dengan ketulusan datang kepada Yesus untuk “meminta pendapat”, tapi mereka ingin mencari sesuatu dari kata-kata (pengajaran) Yesus supaya dapat alasan untuk mempersalahkan Yesus dan menyingkirkan Yesus.

Pertama mereka mulai dengan isu-isu sosial dan politik, membayar pajak kepada Kaisar Roma adalah hal yang dibenci oleh orang Yahudi, tapi mereka tetap harus membayar. Karena itu kalau ada yang berani secara terbuka menganjurkan atau menghimbau rakyat tidak usah membayar pajak kepada Kaisar, maka ia akan langsung ditangkap dan masuk penjara, bahkan mungkin dihukum mati. Sebaliknya, kalau dijawab harus membayar pajak kepada Kaisar, maka ia akan dipandang sebagai seorang pengkhianat, bahkan ada kemungkinan akan dipukul sampai mati. Dengan demikian ia akan hilang kesempatan untuk memberitakan firman Tuhan dan menyelesaikan misi keselamatan. Akan tetapi Yesus dengan kebijaksanaan-Nya yang ajaib telah menjawabnya dengan mudah.

Dan orang-orang Farisi tidak berhenti di situ saja, jika dengan masalah politik dan sosial tidak dapat menjebak Yesus, mereka segera memulai dengan Agama, yaitu mengenai keadaan setelah kebangkitan, yakni tentang masalah hubungan suami istri. Ini adalah masalah yang menjadi perdebatan antara orang Farisi dan orang Saduki. Orang Saduki tidak percaya ada kebangkitan orang mati, sementara orang Farisi bersikeras ada kebangkitan orang mati, tapi di antaranya juga banyak masalah tidak terpecahkan. Maka Yesus mengambil kesempatan ini untuk menghadapi orang Saduki. Dengan tegas Yesus Kristus memberitahukan mereka bahwa pernikahan hanya terjadi di dalam kehidupan sekarang, setelah kebangkitan manusia hidup seperti malaikat: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga (ay. 30). Lebih lanjut dikatakan bahwa “Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.”

Orang-orang Farisi melihat Yesus dengan hikmat yang luar biasa telah menjawab permasalahan yang selama ini mereka perdebatkan, maka langsung dilanjutkan dengan menanyakan satu persoalan yang sudah lama tidak terpecahkan.

Rupanya selain Sepuluh Perintah Allah yang mereka sudah sangat familiar dan ketika mereka menghadapi masalah kehidupan, para ahli Taurat berdasarkan hasil penelitian mereka memberikan total 613 perintah yang disebut Kitab Talmud untuk menambah Sepuluh Hukum Tuhan yang tidak dijelaskan secara rinci, dimana total 12.000 hal, termasuk 248 perintah pasti “ harus” (positif), dan 365 perintah yang bersifat negatif “tidak boleh”. Yang lebih buruk lagi adalah dari perintah-perintah ini para ahli Taurat menguraikan lagi menjadi banyak sekali ketetapan, peraturan dan hukum. Secara tidak sadar hal ini juga menjadi beban bagi orang-orang Farisi sendiri. Karena itu, mereka menginginkan Yesus Kristus menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Apa jawaban Yesus (bagaimana Yesus menjawabnya)? Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 22:37-40).

Sesungguhnya jika kita perhatikan jawaban Yesus bukanlah ajaran baru; dalam Ulangan, Imamat dari awal telah disebutkan (Im. 19:18; Ul. 6:5; 13:3).

Dan jika kita melihat lebih lanjut Sepuluh Hukum: dapat dibagi menjadi 2 bagian: hukum 1-4 adalah masalah manusia dengan Allah, hukum 5-10 adalah masalah manusia dengan manusia. Yang berarti membicarakan hubungan dan tanggungjawab manusia dengan Allah, juga membicarakan hubungan dan tanggungjawab sesama manusia. Pada saat yang sama, jika direnungkan lagi, kunci utama di dalam kedua hubungan ini adalah satu kata “KASIH”.

Jika pada waktu itu Adam dan Hawa memiliki hati yang benar-benar mengasihi Allah, mereka tidak akan meragukan rancangan dan hati Tuhan, pada saat yang sama jika ada kasih sejati, Adam tidak akan melepaskan tanggungjawab kepada Hawa dan Kain juga tidak akan membunuh adiknya Habel hanya karena persembahannya tidak diterima.